Saturday, December 15, 2018

Studi-Perencanaan-Sistem-Drainase-Sub-Surface-Lapangan-Akademi-Sepakbola-AS.pdf

title

SEPAKBOLA ASIFA MENGGUNAKAN GEOTEKSTIL, DI KECAMATAN

KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR

Muhammad Arby, Ussy Andawayanti, Andre Primantyo Hendrawan

Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan MT Haryono No. 167 Malang 65145 – Telp (0341) 562454

Email : arbyenoor@yahoo.co.id

ABSTRAK

Aji Santoso International Football Academy (ASIFA) adalah akademi sepakbola bertaraf

internasional pertama di Indonesia yang berada di kota Malang. ASIFA membangun lapangan di

Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara (Pusdik Arhanud), Karangploso, Kabupaten Malang.

Dengan kurikulum dan sarana fasilitas pembinaan yang memadai, sangat penting jika lapangan

baru ini direncanakan dengan baik menggunakan sistem drainase sub surface agar mampu

mengatasi limpasan air hujan pada permukaan walaupun intensitas pemakaian yang tinggi dan

dapat memanfaatkan air yang melimpas tadi secara optimal. Langkah awal yang perlu dilakukan

dalam perencanaan drainase sub surface adalah analisis hidrologi. Lalu, perencanaan struktur

tanah pada lapangan sepak bola. Setelah itu, merencanakan pipa sub surface. dan terakhir

merencanakan water tank yang berfungsi sebagai tampungan air yang berasal dari drainase sub

surface yang telah terfilter oleh geotekstil dan batu koral yang nantinya dapat digunakan kembali

untuk penyiraman rumput lapangan.

Hasil perhitungan curah hujan rancangan dengan kala ulang 10 tahun distribusi Log

Pearson III didapat 117,388 mm. Untuk perencanaan struktur tanah di bawah lapangan sepakbola

terdiri dari bahan campuran pasir urug dan pupuk kandang, pasir murni, geotekstil, dan batu

koral. Di antara lapisan tersebut direncanakan pipa HDPE ø 20 cm dengan jarak 2,5 m. Water

tank direncanakan sesuai kebutuhan tanaman rumput dengan dimensi lebar = 2,5 m, panjang 3 m

dan tinggi 4 m. Untuk perencanaan sistem drainase permukaan direncanakan dengan dimensi

lebar 0,4 m dan tinggi = 0,5 m.

Kata kunci: Sistem drainase, sub surface, geotekstil

ABSTRACT

Aji Santoso International Football Academy (ASIFA) was the first international football

academy ever founded in Indonesia, and the recent address was in Malang City. ASIFA was

about constructing its football field at the Education Center of Air Defense Artillery,

Karangploso, Malang Regency. The academy has good curriculum and decent education

facilities and therefore, it was important to ensure that new field was designed properly with sub-

surface drainage system. This system could cope with rain overflow on surface despite high

intensity of field usage. This system also facilitated the utilization of water excess more

optimally. Early step that must be done in engineering sub-surface drainage was hydrology

analysis. Structure of soil in football field was then estimated. Sub-surface pipeline was arranged

and final step was the engineering for water tank installation. The function of this tank was to

contain the water from sub-surface drainage. Water was filtered by geotextile and coral stones,

and the water was feasible for reuse to shower the grasses of the field.

Result of the Log Pearson III distribution rainfall design with 10 years period is 117,388

mm. The engineering of soil structure beneath football field involved some layers such as the

mixture of earthwork and dung, pure sand, non-woven geotextile, and coral stones. Pipe HDPE

with 20 cm diameter was installed between each layer with pipe interval of 2.5 m. The

engineering of surface drainage system was using interceptor drain channel to capture overflow

debit from the field, athletic track and green area around the field. Dimension of this channel was

0.4 m width and 0.5 m height. Water tank was engineered on the demand of showering the

grasses, and the dimension was 2.5 m width, 3 m length and 4 m height.

Keywords: Drainage system, sub-surface, geotextile.

1. PENDAHULUAN 2. Memberikan alternatif penggunaan bahan

Kelangsungan pertandingan sepak kedap air seperti geotekstil dalam

bola sangat bergantung pada sistem drainase campuran lapisan tanah dan dapat

yang ada. Selain untuk membuang genangan mengetahui optimasi pengelolaan air

air di permukaan lapangan, sistem drainase yang lebih efisien.

yang baik dibutuhkan untuk menjaga 3. Menentukan volume bak penampung dan

kondisi tanah agar tidak terjadi erosi yang kapasitas pompa untuk optimalisasi

mengakibatkan permukaan lapangan pengelolaan air yang lebih efisien.

bergelombang atau tidak rata sehingga Adapun manfaat dari penelitian ini

rumput menjadi rusak. adalah untuk memberikan masukan pada

Di sisi lain, curah hujan yang tinggi pihak pengelola akademi sepak bola ASIFA,

dapat memberikan keuntungan jika dan sebagai referensi bagi masyarakat

dimanfaatkan secara optimal. Dengan umum, mahasiswa, pemerintah ataupun

menggunakan geotekstil, air hujan yang instansi lain yang berminat melaksanakan

jatuh dapat di tampung dan digunakan proyek serupa.

kembali. Geotekstil berfungsi sebagai filter

yang dapat menahan tanah pada bagian hulu 2. TINJAUAN PUSTAKA

agar butiran kecil tanah tidak ikut bersama 2.1 Analisa Hidrologi

aliran. Analisa Hidrologi digunakan untuk

Lapangan Sepak bola ASIFA berada mendapatkan besarnya debit banjir

di Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan rancangan dan debit andalan.

Udara (PUSDIK ARHANUD) kecamatan 2.2.1 Uji Homogenitas Data

Karangploso, Kabupaten Malang. Dalam melakukan uji homogenitas

1.1 Rumusan Masalah data hujan dengan satu stasiun pengamatan,

Dari pendahuluan di atas, maka metode yang digunakan adalah Rescaled

diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : Adjusted Partial Sums (RAPS). Berikut

1. Bagaimana perencanaan sistem drainase persamaan (Harto, 1993:263)

bawah permukaan lapangan akademi Q = maks |Sk**| untuk 0 ≤ k ≤ n

sepak bola ASIFA ? Sk* = ( x – ̅)

2. Berapa besar kapasitas tampungan water

tank ? Dy2 =

3. Berapa kebutuhan kapasitas pompa yang

Sk** =

sesuai dengan water tank ?

4. Berapa besar rencana anggaran biaya 2.2.2 Uji Abnormalitas Data

yang dibutuhkan untuk merencanakan Uji ini digunakan untuk mengetahui

sistem drainase sub surface apakah data maksimum dan minimum dari

menggunakan geotekstil ? rangkaian data yang ada layak atau tidak.

1.2 Tujuan dan Manfaat Uji yang digunakan adalah uji Inlier-Outlier.

Dengan memperhatikan rumusan Dimana data yang menyimpang dari dua

masalah penelitian ini bertujuan untuk : batas ambang, yaitu ambang bawah (XL) dan

1. Merencanakan sistem drainase sub ambang atas (XH) akan dihilangkan. Rumus

surface lapangan sepak bola yang untuk mencari ambang tersebut adalah

nantinya mempermudah bagi pihak sebagai berikut:

terkait dalam melakukan XH = Exp. (Xrerata + Kn . S)

pengembangannya. XL = Exp. (Xrerata - Kn . S)

2.2.3 Analisa Frekuensi (Soewarno, 1995:198). Prosedurnya adalah

Dalam analisa hidrologi selanjutnya sebagai berikut:

diperlukan besaran curah hujan rancangan 1. Mengurutkan data yang ada dari kecil ke

yang terjadi di daerah tersebut. Curah hujan besar.

rancangan adalah hujan terbesar tahunan 2. Menghitung besarnya probabilitas untuk

dengan suatu kemungkinan periode ulang lebih kecil dari data yang ada (Pt).

tertentu. Apabila diketahui Pr (probabilitas

Dalam studi ini dipakai metode Log terjadi), maka:

Pearson tipe III dengan pertimbangan bahwa Pt = 100% - Pr

cara ini lebih fleksibel dan dapat dipakai 3. Menghitung besarnya peluang data yang

untuk semua data serta umum digunakan ada dengan menggunakan metode

dalam perhitungan maupun analisa curah Weibull, maka digunakan persamaan:

hujan rancangan. Pw = x 100%

Parameter-parameter statistik yang

digunakan oleh distribusi Log Pearson Tipe 4. Menghitung selisih nilai D yang

III adalah (Soemarto, 1987:243): dinyatakan dengan persamaan:

 Harga rata-rata D = max

 Standart deviasi

 Koefisien kepencengan 2.3 Perhitungan Debit Limpasan

2.2.4 Uji Kesesuaian Distribusi 2.3.1 Debit Limpasan

2.2.4.1 Uji Chi Kuadrat (Chi Square) Untuk mendapatkan kapasitas

Uji Chi Kuadrat dimaksudkan untuk saluran drainase, terlebih dahulu harus

menentukan apakah persamaan distribusi jumlah air hujan dan jjumlah air kotor atau

peluang yang telah dipilih dapat mewakili buangan yang akan dibuang. Besarnya debit

dari distribusi statistik sampel data yang limpasan dapat dihitung dengan rumus

dianalisis. Adapun langkah-langkahnya berikut (Suripin, 2004 : 79)

adalah sebagai berikut (Soewarno, Q = 0,00278 . C . I . A

1995:194): dengan :

a. Menghitung selisih data curah hujan Q = Debit banjir maksimum (m3detik)

perhitungan (Xt) dengan nilai data curah C = Koefisien pengaliran

hujan hasil pengamatan (Xe). I = Intensitas hujan rerata selama

b. Selisihnya dikuadratkan lalu dibagi waktu tiba banjir (mm/jam)

nilai tiap tahunnya lalu dijumlahkan untuk A = Luas daerah pengaliran (ha)

beberapa tahun. Nilai ini disebut X2 hit. 2.4 Drainase Lapangan Sepak Bola

c. Harga X2 hit dibandingkan dengan Sistem drainase terbagi menjadi

harga X2Cr dari tabel Chi Kuadrat dengan α sistem drainase bawah permukaan dan

dan jumlah data (n) tertentu. Apabila X2 hit sistem drainase permukaan.

< X2Cr maka hipotesa distribusi dapat Kemiringan lapangan harus lebih

diterima. kecil atau sama dengan 0,007 dan sekeliling

2.2.4.2 Uji Smirnov-Kolmogorov lapangan harus ada collector drain.

Uji kesesuaian Smirnov- 2.4.1 Sistem Drainase Bawah Permukaan

Kolmogorov, sering juga disebut uji Faktor-faktor yang diperhatikan

kecocokan non parametik (non parametic dalam perencanaan drainase bawah

test), karena pengujiannya tidak permukaan adalah (Prodjopangarso, 1987) :

menggunakan fungsi distribusi tertentu 1. Perencanaan struktur dan

permeabilitas tanah

2. Perencanaan Geotekstil bahan nir-anyam (non woven) atau anyaman

3. Laju infiltrasi (woven).

4. Jarak pipa (drain spacing) Geotekstil berfungsi sebagai filter

5. Diameter pipa dan separator, yaitu menahan butiran tanah

6. Debit maksimum yang dilayani tiap sekaligus mengalirkan air ke dalam sistem

pipa drainase.

2.4.4 Diameter Pipa

Besarnya diameter pipa dihitung

dengan menggunakan rumus Manning

sebagai berikut :

Q=AxV

V= R2/3 . S1/2

dimana :

Q = kapasitas saluran (m3/dt)

A = Luas penampang (m3)

Gambar 1 Perencanaan struktur tanah V = Kecepatan aliran rata-rata (m/dtk)

drainase bawah permukaan n = koefisien kekasaran Manning

Sumber : Prodjopangarso, 1987 R = Jari – jari hidrolis (m)

2.4.2 Kecepatan Rembesan Tanah s = Kemiringan dasar saluran

Yang dimaksud dengan kecepatan Harga koefisien Manning (n)

rembesan tanah adalah kemampuan tanah ditetapkan berdasarkan pada bahan yang

dalam meresapkan air. Untuk menghitung membentuk tubuh saluran. Dalam hal ini

nilai kecepatan rembesan menggunakan saluran berupa pipa PVC dengan harga n

persamaan Darcy (Braja, 1998 : 81) : berkisar antara 0,009 – 0,012

v =k.i 2.4.5 Jarak Pipa Drain (Drain Spacing)

dengan : Untuk menghitung tinggi air resapan

v = kecepatan rembesan (cm/dt) yang direncanakan dan jarak saluran pada

k = koefisien rembesan (cm/dt) kedalaman tertentu, dipakai rumus

i = gradien hidraulik Hooghoudt sebagai berikut (Prodjopangarso,

Nilai gradien hidraulik dapat dicari dengan 1987) :

persamaan (Braja, 1998 : 80) : R=q=

i = ∆H / L

L = jarak saluran (m)

Untuk nilai k pada tanah yang berlapis-lapis

Ka = konduktivitas hidrolis untuk

dan arah alirannya vertikal digunakan kv(eq),

lapisan di atas saluran (m/dtk)

dengan persamaan (Braja, 1998 : 92) :

Kb = konduktivitas hidrolis untuk

kv(eq) = lapisan di bawah saluran (m/dtk)

( ) ( ) ( ) ( ) h = tinggi muka air resapan diatas

dengan : saluran dan antara kedua saluran (m)

k = Koefisien permeabilitas (cm/detik) D = Jarak dari lapisan kedap ke muka

h = Ketebalan lapisan tanah (cm) air pada saluran drainase (m)

2.4.3 Geotekstil d = Equivalent depth yaitu fungsi dari

Geotekstil adalah material lembaran L, ro, dan D yang dicari dari tabel

yang dibuat dari bahan tekstil polymeric hooghoudt sebagai pengganti

bersifat lolos air, yang dapat berbentuk ketebalan D (m)

1. Saluran Trapesium :

Untuk merencanakan penampang

trapesium digunakan rumus :

 Jari – jari luas saluran

A = (B + z . h)h

 Keliling basah

P = B + 2h (z2 + 1)1/2

 Jari – jari hidrolis

R=A/P

2. Saluran Setengah Lingkaran :

 Luas Saluran

Gambar 2 Perletakan Saluran Drainase A = 0,5 π r2

Bawah Permukaan  Keliling Saluran

Sumber : Prodjopangarso, 1987 P=π.r

2.5 Sistem Drainase Permukaan

 Jari – jari hidrolis

Untuk merencanakan sistem drainase

R = 0,5 r

permukaan, perlu memperhatikan beberapa

Harga koefisien kekasaran Manning

hal sebagai berikut (Suripin, 2004) :

(n) dalam rumus Manning, ditetapkan

1. Debit limpasan

berdasarkan pada bahan yang membentuk

2. Koefisien Hidrolika

tubuh saluran. Harga koefisien kekasaran

3. Penampang Hidrolika

Manning untuk berbagai bahan material

4. Kemiringan Dasar Saluran

saluran dan tipe saluran dapat dilihat pada

5. Koefisien Manning

tabel berikut :

6. Kecepatan ijin

Tabel 1 Angka kekasaran Manning

2.5.1 Perencenaan Saluran Drainase Tipe Saluran

Permukaan A. Saluran Tertutup terisi N

Untuk menghitung kapasitas saluran sebagian

pembuang, dipakai rumus Manning sebagai 1. Gorong - gorong dari beton lurus

berikut (Chow, 1992) : dan bebas kikisan 0,010 - 0,013

2. Gorong - gorong dengan belokan

Q=AxV dan sambungan 0,011 - 0,014

V= R 2/3 1/2

.S 3. Saluran pembuang lurus dari

beton 0,013 - 0,017

dimana : 4. Pasangan bata dilapisi dengan

Q = kapasitas saluran (m3/dt) semen 0,011 - 0,014

5. Pasangan batu kali disemen 0,015 - 0,017

A = Luas penampang (m3)

B. Saluran dilapisi atau disemen

V = Kecepatan aliran rata-rata (m/dtk) 1. Pasangan bata disemen 0,012 - 0,018

n = koefisien kekasaran Manning 2. Beton dipoles 0,013 - 0,016

R = Jari – jari hidrolis (m) 3. Pasangan batu kali disemen 0,017 - 0,030

s = Kemiringan dasar saluran 4. Pasangan batu kosong 0,023 - 0,035

Dengan menghubungkan rumus Q = Sumber : Chow (1992)

A . V dengan besaran A dan P yang mengan 2.5.2 Kecepatan Ijin

dung lebar dasar saluran dan tinggi air, dapat Hal penting yang harus diperhatikan

diperhitungkan dimensi saluran yang akan adalah kecepatan aliran yang diizinkan.

direncanakan berdasarkan data debit. Kecepatan harus diantara batas tertentu

Koefisien Manning dan kemiringan dasar (maksimum atau minimum) dimana dengan

saluran. Perhitungan selengkapnya adalah kecepatan tersebut tidak akan terjadi

sebagai berikut (Chow, 1992) :

pengendapan dan pertumbuhan tanaman air,

serta tidak juga terjadi pengikisan.

Besarnya kecepatan minimum yang

diijinkan besarnya berkisar antara 0,6 – 0,9

m/detik (Suhardjono, 1984).

2.6 Pompa

Pada sistem penyiraman yang akan LOKASI STUDI :

dipakai nantinya, air yang digunakan berasal

KECAMATAN

dari air hujan yang meresap di area lapangan KARANGPLOSO

dan ditampung pada sebuah bak penampung

lalu dipompa menuju lapangan. Untuk Gambar 3 Peta Lokasi Studi

kemudahan dan kelancaran pengoperasian

sistem ini, mesin pompa diperlukan untuk 3.1.1 Kondisi Topografi

memompa air dari bak penampung untuk Kabupaten Malang terletak pada

dialirkan ke lapangan rumput pada waktu ketinggian 440 – 667 meter di atas

yang diperlukan. permukaan laut, Selain itu Kabupaten

Daya pompa dihitung dengan Malang dilalui oleh Sungai Brantas pada

persamaan (Sularso, Haruo T, 1985:53) : bagian utara dan selatan. Kabupaten Malang

P= relatif datar dengan kemiringan antara 0 –

dengan : 15 %. Kecamatan Karangploso di bagian

P = daya pompa (kw) barat, kemiringan antara 3 – 15 %.

γ = berat jenis air (kN/m3) 3.1.2 Kondisi Klimatologi

Q = debit pemompaan (m3/dt) Kecamatan Karangploso yang

H = tinggi total pemompaan (m) terletak di kabupaten Malang memiliki iklim

η = efisiensi pompa tropis yang terbagi dalam dua musim yaitu

2.7 Rencana Anggaran Biaya musim kemarau dan musim hujan. Iklim di

Rencana anggaran biaya adalah Kota Malang relatif sejuk dengan suhu rata-

perhitungan biaya bangunan berdasarkan rata 24,4° C pada bulan Desember,

gambar bangunan dan spesifikasi pekerjaan temperatur rata-rata yang lebih rendah yaitu

konstruksi. Rencana anggaran biaya dapat 23,6° C dengan kelembaban udara rata-rata

dijadikan sebagai acuan pelaksanaan 72 %.

pekerjaan. 3.2 Sistematika Penyusunan Tugas Akhir

RAB dapat dihitung dengan Sistematika dari penyusunan tugas

perhitungan sebagai berikut: akhir ini menunjukkan suatu alur kerangka

RAB = ∑ (volume x harga satuan pekerjaan) berpikir yang bertahap mulai dari tahap

pengelolaan data sampai dengan tahap studi

3. METOE KAJIAN perencanaan.

3.1 LOKASI STUDI Langkah-langkah dalam pengerjaan studi ini

Studi perencanaan ini dilakukan di adalah :

lapangan Pusat Pendidikan Artileri 1. Pengumpulan data

Pertahanan Udara (PUSDIK ARHANUD) a. Peta lokasi

desa Pendem, kecamatan Karangploso, b. Data perletakan lapangan

Kabupaten Malang, Jawa Timur. Lokasinya c. Data jenis tanaman rumput dan

terletak di sebelah barat laut Kota Malang. kebutuhan air tanamannya

d. Data curah hujan diperoleh dari

Dinas Pengairan Kabupaten Malang

berupa data curah hujan harian dari 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

stasiun hujan desa Pendem 4.1 Analisis Hidrologi

e. Data geologi eksisting untuk 4.1.1 Hujan Rerata Daerah

menentukan koefisien permeabilitas Pada studi ini, data curah hujan yang

tanah diperoleh dari Laboratorium digunakan diperoleh dari Dinas Pengairan

Teknik Sipil Universitas Brawijaya Kabupaten Malang berupa data curah hujan

Malang. harian dari stasiun hujan desa Pendem

2. Pengolahan Data selama 11 (sebelas) tahun pengamatan dari

a. Menguji homogenitas data dengan tahun 2004 sampai dengan tahun 2014

menggunakan metode RAPS dengan koordinat 7o91"78""LS / 112o59"03"".

(Rescaled Adjusted Partial Sums), Dari hasil analisis data, dapat dilihat

setelah itu menguji abnormalitas data data terurut dari kecil ke besar pada Tabel 2.

menggunakan metode Inlier-Outlier. Tabel 2 Data Curah Hujan Tahunan

b. Menghitung curah hujan rancangan Tahun Hujan Maks (mm)

maksimum menggunakan Log

2011 53

Pearson Type III, setelah itu

2007 75

dilakukan uji distribusi frekuensi

2009 80

dengan Uji Smirnov Kolmogorov dan 2014 80

Uji Chi Square yang digunakan

2012 81

untuk menghitung kebenaran suatu

hipotesa. 2005 88

3. Perencanaan saluran drainase bawah 2006 96

permukaan 2008 110

2010 110

a. Merencanakan struktur tanah dengan

2013 125

menggunakan geotekstil

Jumlah 898

b. Menentukan koefisien permeabilitas

tanah eksisting yang diperoleh dari Rerata 89.8

laboratorium Teknik Sipil Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Malang

Universitas Brawijaya untuk 4.1.2 Uji Homogenitas Data Hujan

digunakan sebagai lapisan tanah atas Adapun metode yang akan

dalam struktur lapisan tanah digunakan untuk menghitung uji

menggunakan geotekstil. homogenitas data adalah dengan

c. Menghitung daya resap tanah dengan menggunakan metode RAPS (Rescaled

perhitungan permeabilitas tanah Adjusted Partial Sums)

secara vertikal, kemudian Hasil perhitungan metode RAPS disajikan

menghitung kecepatan rembesan. dalam tabel 3 berikut :

d. Merencanakan dimensi pipa (saluran Tabel 3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

bawah permukaan) dengan metode

Hooghoudt. No Tahun R Sk* Dy2 Sk**

4. Menghitung dimensi saluran pembuang

1 2005 88 -1.8 0.32 0.091

5. Perencanaan dimensi bak tampungan

2 2006 96 6.2 3.844 0.312

(water tank) dari data kebutuhan air tanaman

3 2007 75 -15 21.90 0.746

untuk menampung air yang dibutuhkan

untuk penyiraman 4 2008 110 20.2 40.80 1.018

6. Menentukan kapasitas pompa yang 5 2009 80 -9.8 9.60 0.494

dibutuhkan untuk penyiramanan rumput. 6 2010 110 20.2 40.80 1.018

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai

No Tahun R Sk* Dy2 Sk** standart deviasi sebesar 0,106 dan rata-rata

7 2011 53 -37 135.4 1.854 dari keseluruhan nilai log x sebesar 1,942

8 2012 81 -8.8 7.74 0.443 Untuk jumlah data (n) sebesar 10 diperoleh

9 2013 125 35.2 123.9 1.773

nilai Kn sebesar 2,036.

Berikut perhitungan nilai batas ambang atas

10 2014 80 -9.8 9.604 0.494

dan bawah:

Rerata 89.8 - Nilai batas ambang atas (XH)

Jumlah 394 (XH) = Exp . (Xrerata + (Kn . S))

Sumber: Hasil Perhitungan = Exp . (1,942 + (2,036 x 0,106)

= 143,94

Hasil dari analisa tersebut adalah sebagai - Nilai batas ambang bawah (XL)

berikut: (XL) = Exp . (Xrerata – (Kn . S))

- n = 10 (jumlah data) = Exp . (1,942 – (2,036 x 0,106)

- [Sk**] maks = 1,773 = 53,20

- [Sk**] min = 0,091 Dalam perhitungan di atas diperoleh nilai

- Q = | Sk** maks | batas ambang atas (XH) sebesar 143,94 dan

= 1,773 nilai batas ambang bawah (XL) sebesar

Dari hasil perhitungan di atas, 53,20, karena data hujan yang diuji masih

diperoleh nilai Q/√ = 0,586 < dari Q/√ berada dalam nilai batas ambang atas dan

tabel = 1,05dan nilai R/√ = 0,558 < R/√ nilai batas ambang bawah maka data hujan

tabel = 1,38. Karena data hujan yang diuji yang ada dapat digunakan secara

masih berada dalam nilai batas maka data keseluruhan.

yang ada bersifat homogen. 4.1.4. Hujan Rancangan

4.1.3 Abnormalitas Data (Inlier-Outlier) Metode yang digunakan dalam studi

Tabel 4 Hasil Perhitungan Uji Inlier-Outlier akhir ini adalah Log Pearson Tipe III dengan

pertimbangan bahwa cara ini lebih fleksibel

Hujan dan dapat dipakai untuk semua sebaran data

No Tahun Log x Keterangan

serta umum digunakan dalam perhitungan

(mm) maupun analisa curah hujan rancangan.

1 2005 88 1.944 Tabel 5 Perhitungan Curah Hujan Rancangan

2 2006 96 1.982 Nilai ambang Curah Hujan

3 2007 75 1.875 atas, Xh = Tr P (%) K Rancangan

4 2008 110 2.041 143,94

(log) (mm)

5 2009 80 1.903 2 50 0.097 1.952 89.600

6 2010 110 2.041 5 20 0.857 2.033 107.896

7 2011 53 1.724 Nilai ambang 10 10 1.202 2.070 117,388

8 2012 81 1.908 bawah, Xi = 20 5 1.478 2.099 125.598

9 2013 125 2.097 53,20

50 2 1.728 2.126 133.507

10 2014 80 1.903 Sumber: Hasil Perhitungan

Stdev. = 0.106 4.1.5. Uji Kesesuaian Distribusi

Mean = 1.942 4.1.5.1 Uji Smirnov-Kolmogorov

Kn = 2.036 Dari hasil perhitungan diperoleh nilai

Sumber: Hasil Perhitungan Dmax sebesar 0,096. Untuk nilai a= 5% dan

n= 10 pada tabel diperoleh nilai kritis Dkritis

sebesar 0,388. Nilai Dmax lebih kecil dari konduktivitas hidrolik lapisan tanah di atas

Dkritis sehingga distribusi dapat diterima level drainase ( ):

(memenuhi syarat distribusi).

4.1.5.2 Uji Chi Square ( ) ( ) ( ) ( )

Dari hasil perhitungan di atas

diperoleh nilai X2hitungan sebesar 3,664.

Untuk nilai a= 5% pada tabel nilai X2tabel ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

sebesar 9,488. Nilai X2hitungan lebih kecil dari

X2tabel sehingga distribusi dapat diterima

(memenuhi syarat distribusi).

4.2 Sistem Drainase Bawah Permukaan dan, konduktivitas hidrolik di bawah level

4.2.1 Perencanaan Struktur Tanah drainase ( ):

Struktur lapisan tanah di bawah

rumput lapangan direncanakan sebagai ( ) ( ) ( ) ( )

berikut :

1. Pasir urug dan pupuk kandang (4:1)

15 cm dan K = 0,007 cm/dtk

2. Pasir urug setebal 10 cm ( ) ( )

K = 0,00095 cm/dtk

3. Pasir murni setebal 5 cm

K = 0,04 cm/dtk

4. Geotekstil setebal 0,2 cm

K = 0,16 cm/detik Dari perhitungan diatas didapatkan

5. Batu koral ø 3-10 mm setebal 5 cm nilai tanah sebesar 0,0047 cm/detik,

K = 1,5 cm/detik sehingga nilai tanah di lapangan

6. Batu koral ø 10-20 mm tebal 50 cm sepakbola Akademi sepakbola ASIFA sesuai

K = 4 cm/dtk dengan rekomendasi FIFA (Federation

7. Tanah asli International Football Associaton) yaitu

K = 0,00067 cm/detik untuk koefisien Permeabilitas tanah sebesar

0,005 cm/detik.

Geotekstil yang digunakan adalah 4.3 Perencanaan Pipa Drainase Bawah

Polypropylene non woven geotextile yang Permukaan

diproduksi oleh PT. Teknindo Geosistem 4.3.1 Perhitungan Diameter Pipa

Unggul. Untuk menghitung diameter pipa,

Dari hasil perencanaan struktur tanah digunakan debit limpasan permukaan

menggunakan geotekstil, maka direncanakan lapangan sehingga air limpasan hujan yang

kedalaman pipa berada pada kedalaman 85,2 menggenang dapat segera di buang melalui

cm dari permukaan tanah. sistem drainase bawah permukaan. Berikut

Dengan perencanaan diatas diketahui perhitungan debit limpasan permukaan :

bahwa tanah yang digunakan terdiri dari 1. Curah hujan rancangan 10 tahun =

beberapa lapisan dan memiliki koefisien 117,388 mm/hari

permeabilitas yang berbeda-beda. Maka, 2. Panjang limpasan = 37,5 m (data)

diperlukan perhitungan besarnya koefisien 3. Kemiringan rata-rata = 0,005 (data)

permeabilitas equivalen (kveq) dengan arah 4. Menghitung waktu konsentrasi dengan

aliran vertikal. Berikut perhitungan rumus :

tc =( )

hooghoudt. Jarak pipa dihitung dengan cara

=( ) coba-coba, langkah perhitungannya adalah

= 0,0407 jam - mencari nilai d berdasarkan fungsi

5. Menghitung intensitas curah hujan dengan (L, , D) pada tabel lampiran

menggunakan rumus : - q menggunakan debit limpasan

I = ( ) permukaan di lapangan = 0,0000076

m3/detik

= ( ) - Menghitung jarak pipa

= 343,936 mm/jam

6. Perhitungan Debit limpasan lapangan,

dengan data yang digunakan : Persamaan tersebut dapat diubah

Koefisien Pengaliran ( c ) = 0,08 menjadi :

Luas lapangan ( A ) = 0,825 ha

Q = 0,00278 . C . I . A

= 0,00278 . 0,08 . 343,936 . 0,825

= 0,063 m3/detik

Sehingga, perhitungan diameter pipa

menjadi. - Coba 1

Diketahui data-data yang digunakan adalah : L = 5 m, dari tabel : d = 0,67 m

 Koefisien hidrolis untuk lapisan di L2 = 3,97298 + 3,75572 x 0,67

atas saluran (ka) = 0,0047 cm/detik L2 = 6,489

 Koefisien hidrolis untuk lapisan di L = 2,6 m ≠ 5 m, sehingga L terlalu kecil

bawah saluran (kb) = 0,00089 cm/det - Coba 2

 Jarak antar muka air tertinggi dengan L = 2,5 m, dari tabel : d = 0,60 m

muka air di saluran (h) = 40,2 cm L2 = 3,97298 + 3,75572 x 0,60

 Tinggi antara air di pipa ke lapisan L2 = 6,22

kedap air (D) = 100 cm L = 2,495 m 2,5 m

 n = 0,009 (HDPE Perforated Dari langkah diatas nilai L harus

Corrugated Pipe) sama atau mendekati, jika belum sama atau

 s = 0,007 mendekati maka harus dicari lagi dengan

cara coba-coba.

 Q = 0,063 m3/detik

2 - Mengoreksi nilai d dengan

Luas = πr

menggunakan tabel nilai d ekuivalen

P =2πr

(terlampir)

R = A/P

=r ∆= 10,7

Q = (1/n) x (r2/3) x s0,5 x A λ=

0,063 = (1/0,009) x (r2/3) x 0,007 x πr2

0,063 = (1/0,009) x r2/3x(0,007)1/2 x πr2 Dari tabel untuk ∆ = 10,7 dan =

r8/3 = 0,00216 26,7 didapat δ = 6,3

= 0,10013 m δ =

r = 10,013 cm d = ro x δ

d = 20,025 cm ≈ 20 cm = 0,094 x 6,3

4.3.2 Perhitungan Jarak Pipa = 0,59 m ≈ 0,60 m

Pada studi ini, perencanaan jarak Maka, dengan d = 0,60 m yang

pipa drainase dicari menggunakan rumus didapat dari tabel hooghoudt nilainya

mendekati d koreksi, sehingga diambil drain penampung, yaitu: panjang (p) = 1 m, lebar

spacing L = 2,5 m. (b) = 1 m, dan tinggi (h) = 1 m

Hasil tersebut menunjukkan bahwa

4.3.3 Perhitungan Diameter Pipa Saluran kapasitas bak penampung lebih besar

Pengumpul (Collector Drain) daripada debit yang masuk. Sehingga

Di saluran ini, air drainase berasal dimensi yang direncanakan untuk kedua bak

dari sistem drainase bawah permukaan yang penampung dapat digunakan.

dialirkan melalui tiap-tiap pipa resapan 4.4 Perhitungan Debit Limpasan

(Interceptor Drain) menuju ke saluran Debit limpasan yang terjadi di area

collector drain pada pinggir lapangan. sekitar lapangan berasal dari air hujan yang

Saluran pipa collector di sisi lapangan ini harus dibuang secepatnya melalui sistem

merupakan saluran tertutup berbahan buis drainase bawah permukaan, namun untuk

beton berbentuk lingkaran. mengantisipasi bilamana sistem drainase

Perhitungan diameter saluran bawah permukaan mengalami penyumbatan

collector drain sebagai berikut : dan tidak dapat membuang air limpasan

Data yang digunakan adalah : permukaan maka diperlukan saluran terbuka

Q = 0,0158 m3/dtk untuk menerima limpasan dari lapangan,

s = 0,001 trek atletik dan juga area hijau di sekeliling

n = 0,010 lapangan.

Langkah-langkah perhitungannya 4.4.1 Debit Limpasan Area Barat & Timur

adalah :  Debit limpasan dari lapangan sepak

Q =VxA bola = 0,0267 m3/detik

= 1/n . R2/3 . S1/2 . A  Debit limpasan dari trek atletik 0,023

0,0158 = (1/0,010) . r2/3 . (0,001)1/2 . πr2 m3/detik

0,0158 = 8,275 r8/3 Maka, untuk mengantisipasi debit limpasan

0,0019 = r8/3 diatas direncanakan saluran terbuka

r = 0,096 m berbentuk segi empat dengan

= 9,552 cm  b ≈ h = 30 cm

d = 19,10 cm ≈ 20 cm  W = 40 cm

Dari perhitungan diameter saluran 4.4.2 Debit Limpasan Area Utara &

collector yang berada di sisi lapangan Selatan

sebelah timur didapatkan diameter 19,10  Debit limpasan dari lapangan sepak

cm, karena diasumsi air hanya memenuhi bola = 0,01279 m3/detik

0,5 dari diameter pipa maka akan digunakan  Debit limpasan dari trek atletik

buis beton dengan diameter 40 cm. 0,0172 m3/detik

4.3.4 Perhitungan Dimensi Bak Maka, untuk mengantisipasi debit limpasan

Penampung Saluran Collector Drain diatas direncanakan saluran terbuka

Terdapat dua bak penampung yang berbentuk segi empat dengan

menyesuaikan dengan letak saluran

 b ≈ h = 25 cm

Collector Drain area barat dan timur

 W = 33 cm

sebelum disalurkan menuju water tank.

4.4.3 Debit Limpasan Saluran Collector

Debit total yang diterima bak

Drain Barat dan Timur

penampung timur dari saluran collector

Saluran collector drain untuk

drain = 0,0315 m3/detik

menyalurkan debit dari Interceptor Drain

Dari debit total bak penampung di

dan Interceptor Drain menuju Conveyor

atas, direncanakan kapasitas bak

Drain. Dari hasil perhitungan saluran

Interceptor Drain dapat diketahui debit pada sebuah bak penampung lalu dipompa

0,0497 m3/dtk dan saluran Interceptor Drain menuju lapangan.

diperoleh debit 0,030 m3/dtk. Maka total Pompa yang digunakan pada studi

debit sebesar 0,079 m3/dtk. Dari hasil ini adalah pompa sentrifugal yang memiliki

perhitungan diperoleh diameter sebesar 25 kapasitas sebersar 15,125 m3/jam dan

cm dengan kemiringan saluran 0,007. memerlukan daya sebesar 375 watt.

4.4.4 Evaluasi Saluran Conveyor Drain 4.7. Rencana Anggaran Biaya

4.4.4.1 Saluran Conveyor Drain Eksisting Rencana anggaran biaya yang

Barat dibutuhkan dalam perencanaan sistem

Debit limpasan yang direncanakan drainase bawah permukaan (sub surface)

merupakan debit kumulatif dari debit sebesar Rp 4.007.026.000,- dengan rincian

limpasan lahan hijau, saluran collector trek sebagai berikut:

atletik dan buangan kelebihan air dari a. Pekerjaan penggantian lapisan tanah

watertank. Total debit limpasan area barat lapangan sepakbola sebesar Rp

sebesar 0,167 m3/dtk, area timur sebesar 3.862.391.250,-

0,161 m3/dtk,, area utara sebesar 0,252 b. Pekerjaan pemasangan collector drain B

m3/dtk, dan area selatan sebesar 0,904 sebesar Rp 31.671.200,-

m3/dtk. c. Pekerjaan pembuatan bak penampung

Dari hasil evaluasi saluran Conveyor menuju watertank sebesar Rp. 4.158.700,-

Drain eksisting barat dapat menampung d. Pekerjaan pembuatan saluran terusan

debit sebesar 0,745 m3/dtk, timur sebesar collector drain B sebesar Rp. 11.359.500,-

3,574 m3/dtk, utara sebesar 1,292 m3/dtk, e. Pekerjaan pembuatan interceptor drain

dan selatan sebesar 2,260 m3/dtk. sebesar Rp. 52.899.775,-

Berdasarkan hasil evaluasi di atas f. Pekerjaan pemasangan collector drain A

maka tidak memerlukan perencanaan ulang sebesar Rp. 14.815.700,-

pada saluran conveyor drain. g. Pekerjaan pembuatan bak penampung

4.5. Perencanaan Dimensi Tampungan interceptor drain A sebesar Rp 2.209.873,-

(Water tank) h. Pekerjaan pembuatan watertank sebesar

Fungsi dari water tank adalah untuk Rp. 27.519.828,-

menampung air pada waktu hujan dan

menggunakannya lagi bila diperlukan 5. KESIMPULAN DAN SARAN

kembali pada musim kering atau berfungsi 5.1 Kesimpulan

sebagai tempat penyimpanan cadangan air. Berdasarkan hasil perencanaan,

Berdasarkan kebutuhan air tanaman dapat disimpulkan sebagai berikut :

rumput Zoysia Matrella yang telah dikalikan 1. Perencanaan sistem drainase bawah

dengan luas lapangan didapatkan kebutuhan permukaan direncanakan di bawah

sebesar 22,4 m3/hari. struktur lapisan tanah. Dengan

Dari hasil perhitungan maka menggunakan pipa HDPE berdiameter

direncanakan dimensi tampungan (water 20 cm yang diletakkan pada elevasi

tank): lebar (b) = 3 m, panjang (l) = 2,5 m, +660,298. Dengan panjang pipa

dan tinggi (h) = 4 m. maksimum 37,5 meter, aliran dari pipa

4.6. Perencanaan Pompa Air akan masuk ke saluran collector drain B

Pada sistem penyiraman rumput, air yang direncanakan memiliki diameter

yang digunakan berasal dari air hujan yang 40 cm dan selanjutnya menuju water

meresap di area lapangan dan ditampung tank yang nantinya air yang tertampung

akan digunakan kembali untuk

penyiraman rumput lapangan sepak bawah permukaan (sub surface) sebesar

bola. Perencanaan struktur tanah sangat Rp 4.007.026.000,-.

penting untuk memaksimalkan

kemampuan tanah meresapkan air, dari DAFTAR PUSTAKA

perhitungan didapatkan Koefisien Chow, Van Te. 1992. Hidrolika Saluran

permeabilitas tanah sebesar 0,0047 Terbuka, Jakarta : Erlangga.

cm/detik. Hasil ini hampir sesuai H.B. Sutopo. 2004. Metodologi Penelitian

dengan standar FIFA yang memberikan Kualitatif. Surakarta : UNS Press.

rekomendasi untuk nilai K sebesar Hardiyatmo, Hary C. 2014. Geosintetik

0,005 cm/detik. Berikut Perencanaan Untuk Rekayasa Jalan Raya.

struktur tanah pada lapangan sepak bola Yogyakarta: Gadjah Mada University

ASIFA: Press.

a. Rumput (lapangan sepak bola) Harto, Sri. 1993. Analisa Hidrologi. Jakarta:

b. Pasir urug dan pupuk kandang (4:1) Universitas Gunadarma.

dengan tebal 15 cm Koerner, Robert M. 1989. Hidrologi Untuk

c. Pasir urug dengan tebal 10 cm Perencanaan Bangunan Air ,

d. Pasir murni dengan tebal 5 cm Bandung: Idea Dharma Bandung.

e. Polypropylene Nonwoven Geotextile M. Das, Braja. 1998. Mekanika Tanah

dengan tebal 2 mm (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis)

f. Batu koral ø 3 – 10 mm dengan tebal Jilid I. Jakarta : Erlangga.

5 cm. Montarcih, Lily. 2010. Hidrologi Praktis.

g. Batu koral ø 10 – 20 mm dengan Bandung: Lubuk Agung

tebal 25 cm. Prodjopangarso, Hardjoso. 1987. Drainasi.

h. Pipa ø 20 cm (HDPE Perforated Yogyakarta : Laboratorium P4S

Corrugated Pipe) Fakultas Teknik Universitas Gajah

i. Batu koral ø 10 – 20 mm dengan Mada.

tebal 25 cm. Shahin, M.M.A. 1976. Statistical Analysis

j. Tanah dasar lokasi. Hydrology Vol. 2 Edition. Delph

2. Watertank direncanakan berjumlah 1 Nederland.

pasang dengan kapasitas tampungan Sosrodarsono, Soeyono. 1985. Hidrologi

watertank sebesar 11 m3 per tampungan Untuk Pengairan. Jakarta : Pradnya

dan ditempatkan berada pada kedua sisi Paramita.

lapangan. Maka, didapatkan Sri Harto Br. 2010. Hidrologi, Teori,

perencanaan dimensi watertank dengan Masalah, dan Penyelesaian. Jakarta:

panjang = 3 m, lebar = 2,5 m dan tinggi Gramedia.

= 4 m. Subarkah. Imam, 1980 : Hidrologi Untuk

3. Pompa yang digunakan untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea

mengalirkan air dari watertank menuju Dharma, Bandung.

pinggir lapangan menggunakan pompa Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan

dengan daya pompa 375 watt dan yang Berkelanjutan. Yogyakarta:

kapasitas pompa 15,125 m3/jam. Waktu ANDI Offset.

yang dibutuhkan untuk tiap kali Susanto, N.A. 2010. Aplikasi Hidrologi.

penyiraman 60 menit. Jakarta: Gramedia.

4. Rencana anggaran biaya yang dibutuhkan

dalam perencanaan sistem drainase

LAMPIRAN




Conveyor Drain Timur

b = 0,65 m

h = 0,35 m

Elevasi Muka Tanah = +660,552

Elevasi Dasar Saluran = +660,202




KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

DAN PENDIDIKAN TINGGI

Interceptor Drain A Timur UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Collector Drain B Timur FAKULTAS TEKNIK

buis beton Ø 0,40 m b = 0,30 m

Elevasi Muka Tanah = +660,813 h = 0,40 m

Elevasi Dasar Saluran = +659,895 Elevasi Muka Tanah = +660,788

Conveyor Drain Utara Elevasi Dasar Saluran = +660,388 DIRENCANAKAN OLEH :

b = 0,4 m

h = 0,55 m Collector Drain A Timur

Elevasi Muka Tanah = + 660,205 pipa pvc 0,25 m

Elevasi Dasar Saluran = + 659,655 Elevasi Muka Tanah = +660,788

Elevasi Dasar Saluran = +659,888




Muhammad Arby

105060407111021

DIPERIKSA

DOSEN PEMBIMBING I :


Interceptor Drain A Selatan

b = 0,25 m

Interceptor Drain A Utara h = 0,30 m

b = 0,25 m Elevasi Muka Tanah = +660,788

h = 0,30 m Elevasi Dasar Saluran = +660,458

Elevasi Muka Tanah = +660,788

Elevasi Dasar Saluran = +660,458 Dr. Ir. Ussy Andawayanti, MS

NIP. 19610131 198609 2 001

23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 66 65 64 63 62 61 60 59 58 57 56 55 54 53 52 51 50 49 48 47 46 45

DIPERIKSA

PIPA HDPE DOSEN PEMBIMBING II :

Ø 0,20 m

Elevasi Muka Tanah = +661,000

Elevasi Dasar Saluran = +660,298




Dr. Eng. Andre Primantyo H., ST., MT

NIP. 19710312 2001 1 002



Conveyor Drain Selatan JUDUL GAMBAR SKALA

b = 0,3 m

h = 0,5 m

Elevasi Muka Tanah = +660,412

Elevasi Dasar Saluran = +659,912 DETAIL DRAINASE

LAPANGAN 1 : 700

SEPAKBOLA ASIFA

Collector Drain B Barat Interceptor Drain A Barat

Pipa PVC Ø 0,25 m Collector Drain B Barat

buis beton Ø 0,40 m Watertank b = 0,30 m LOKASI:

Elevasi Muka Tanah = +659,313 Elevasi Muka Tanah = +660,641 h = 0,40 m

Elevasi Dasar Saluran = +659,063 Elevasi Muka Tanah = +660,813 Lapangan Sepakbola ASIFA

Elevasi Dasar Saluran = +659,896 Elevasi Dasar Saluran = +657,791 Elevasi Muka Tanah = +660,788 Pusat Pendidikan Artileri Pertahanan Udara

Elevasi Dasar Saluran = +660,388

(PUSDIK ARHANUD)


LEGENDA:

Conveyor Drain Barat : ARAH ALIRAN

b = 0,47 m

h = 0,85 m

Elevasi Muka Tanah = +660,587 : SALURAN DRAINASE

Elevasi Dasar Saluran = +659,737 BAWAH PERMUKAAN

(PIPA HDPE)

: SALURAN DRAINASE



Source

No comments:

Post a Comment